Sabtu, 27 Desember 2008

Tahun 2030 pulau jawa kehabisan Air



Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa Kementerian Lingkungan Hidup, Sudarsono menyatakan pada 2030 mendatang Pulau Jawa akan kehabisan air akibat kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS).

Selain itu, maraknya pengalihan fungsi lahan, tekanan politis atas kebijakan Rencana Tata Ruang dan Wilayah sangat mempengaruhi kondisi ini, ujar Sudarsono seusai berdiskusi di Kantor Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda di Bandung, Jumat.

“Dengan jumlah penduduk sebanyak 163 juta orang dan dengan daya dukung lingkungan yang rusak maka secara terukur kekurangan air benar-benar akan terjadi,” katanya.

Ia menjelaskan beberapa langkah tengah dipersiapkan dalam menghadapi krisis air tersebut diantaranya adalah melakukan perbaikan di 13 DAS di sepanjang Jawa diantaranya Brantas, Serayu, Cisanduri, Cidano dan Jatunselung.

“Kerusakan yang paling banyak terjadi terdapat di wilayah Jawa Barat dimana reboisasinya kurang berhasil sehingga kerusakan daerah aliran sungainya tidak dapat dihindari,” tutur Sudarsono.

Pengaruh penanaman pohon jati di wilayah Jawa juga ikut andil dalam berkurangnya tangkapan air di Pulau Jawa karena secara ekologis pohon jati tidak dapat menyerap air.

Ia menyatakan, perbaikan di sekitar hulu secara kuantitatif, kualitatif dan kontinuitas menjadi prioritas pembangunan saat ini.

“Pekerjaan rumah saat ini adalah melakukan reboisasi di hulu, memperluas tangkapan air, pembuatan sumur resapan, pengelolaan limbah yang berakhir pada pengendalian baku mutu air,” jelasnya.

Sudarsono mengatakan kendala yang dihadapi saat ini terkait dengan lingkungan hidup adalah pembuatan aturan tentang Tata Ruang yang berlainan sejak tingkat Pusat hingga Daerah.

“Perbedaan tata ruang ini telah merusak lingkungan secara langsung sehingga seluruh tangkapan airnya berkurang akibat dialih fungsikan lahannya,” katanya.(*)

sumber www.antara.co.id







9 komentar:

  1. Wow! Informasi yang bagus banget.... mencerahkan. Huehuehuehue........ (meski ngutip)

    BalasHapus
  2. Ngeri bgt ya! padahal air khan simbol kehidupan.

    BalasHapus
  3. @alam
    wekeekekke .. biarin, yg penting bermanfaat
    @jadilah sahabat bumi
    iya emank, makanya haruz hemad air mulai dari skrang =p

    BalasHapus
  4. Wah... Moga2 aja berhasil tuh usaha mencegahannya... Aku ikut bantu deh... Walaupun hanya dengan menghemat air... Hehehe...

    BalasHapus
  5. @hangga
    hihihih .. iyu .. klo bukan kita yang mencegahnya, sapa lagii ..

    BalasHapus
  6. bukannya air ngak bisa habis ya ?

    kalo kata guru saya air itu tidak berkurang dan tidak bertambah :)

    BalasHapus
  7. iya.. ya. di bumi jumlah air harusnya kan selalu tetap.

    Masalahnya adalah ketika siklus air melewati tempat yang tidak semestinya dan tidak pada waktunya, karena terganggunya keseimbangan ekologi. Jadinya ya banjir, tanah longsor, angin puting beliung ketika musim hujan dan kekeringan serta kebakaran lahan di musim kemarau.

    Tetaplah menjadi sahabat bagi bumi. Jaga keseimbangan ekologi.

    BalasHapus
  8. kerusakan ekosistem,air,udara dan smua yg ada di bumi adalah kesalahan orang2 yg kaya (org yg bingung mo dikemanain uangnya) akhirnya mrk bngun gedung2 bertingkat, mall2 disana-sini. akhirnya kebun, sawah, hutan, jd lenyap dr muka bumi ini. drpd gtu kan lbh baik buat rumah2 murah ato rumah susun yg bs dijual ato dikreditkan utk org2 gak mampu, biar mereka tdk tinggal di bantaran sungai, ato di pinggir2 jln yg selalu kucing2an dgn satpol pp. Klu ada org kaya spt itu dijamin masuk surga deh heheheee.....

    BalasHapus
  9. Ga masalah.. Di gurun juga kurang air tp masih bisa minum. Air laut sudah bisa disuling jadi air tawar.

    Be an Optimist environmentalist

    BalasHapus