Jumat, 23 Januari 2009

HOT MUD STORY (PART 2)

Behind The Scene….

Sobat, mencintai bumi dengan berbagai cara itu sangat luar biasa, namun menyukai bencana? Itu sangat susah. Lumpur Panas Lapindo, sejauh ini membawa segunung kerugian dibanding keuntungan yang sama sekali nyaris tidak terasa. Begitu banyak orang membenci PT LB, mengecam, atau bahkan mengutuk… dan begitu banyak orang melintasi kecamatan Porong dengan mual, muntah, muak, dan sangat jengkel. Wajar saja, kemacetan setiap hari terjadi, karena to Malang Surabaya telah ambruk, ditambah udara yang sangat panas, debu-debu yang berterbangan, serta aroma gas bercampur lumpur serasa mencekik setiap orang yang melintasinya.
Semakin hari semakin banyak wisatawan yang mengunjungi lumpur panas. Danau lumpur panas ini berubah menjadi semacam objek wisata yang murah sekaligus mengenaskan. Tak tanggung tanggung… setiap hari, terutama siang, orang orang dari berbagai daerah yang jauh mampir dan memarkirkan bus atau kendaraan pribadi untuk menengok bagaimana lumpur terus beraksi. Sayangnyaa, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui waktu waktu yang paling tepat untuk melihat pemandangan tersebut. Yeah, alam telah mencoba mengombinasikannya menjadi sebuah keindahan tersendiri, yang tak ada duanya.

Berikut waktu waktu yang paling indah di Lumpur Panas Lapindo, agar kita melihat sisi lain dari bencana:

PAGI HARI



Mungkin, sun rise di pantai atau pegunungan sangatlah memesona. Sebut saja Sunrise di Sanur Beach atau Sunrise di kawah Gunung Bromo. Kedua lokasi tersebut sangat populer dengan fenomena matahari terbitnya. Namun, tahu tidak? Ternyata Lumpur Panas menyimpan pemandangan yang tak kalah indah, dan tiada duanya.
Maka, bagi sobat sobat sekalian yang hendak bertamasya ke lumpur panas, sebaiknya pada pagi hari. Selain udara masih bersih, jalan raya masih sepi, kalian akan disuguhi Sunrise yang menakjubkan. Sunrise muncul di balik gumpalan asap semburan lumpur, seperti lahir dari dalam danau lumpur. Warna keemasan mentari akan menghangati kulit kita dengan lembut. Lautan lumpur yang tenang sekilas mirip danau dengan air biru yang pucat. Mungkin ada baiknya kalian yang hendak kesana menyiapkan kamera untuk mengabadikan fenomena langka ini. Sure! It’s so cool!

SORE HARI

Sore hari suhu sudah mulai menurun di kawasan lumpur panas, walau begitu masih saja sering terasa membakar ubun ubun. Sore hari menjelang malam, waktu yang cukup tepat. Kita bisa melihat sunset disana. Walau keindahannya telah berkurang karena polusi yang telah menumpuk, kita masih bisa merasakan suasana maghrib yang cukup berbeda di atas tanggul lumpur. Kita juga dapat menyaksikan puluhan burung berkaok kaok, melayang rendah, berniat pulang kembali ke sarangnya masing masing.

MALAM HARI

Waktu yang paling jarang, bahkan nyaris tidak ada yang mengunjungi danau lumpur adalah malam hari. Jalan yang terkadang telah sepi, kecuali malam minggu, akan tampak cukup membahayakan memang. Namun, sebenarnya, malam di tanggul lumpur panas cukup romantis.
Oke, bagaimana bisa?
Pernah suatu kali, pemandangan malam hari di atas tanggul sangat menakjubkan. Langit malam sangat cerah. Bintang bintang berkedip kedip dengan terang. Langit yang terhampar rasanya ditaburi begitu banyak intan. Lalu semburan lumpur yang selalu mengepulkan gumpalan asap tiba-tiba terlihat begitu memukau, puluhan lampu neon yang menerangi sekeliling pusat semburan bertindak seperti lampu sorot, membuat gumpalan asap yang membumbung bercahaya. Sekilas kilauannya mirip aurora di Alaska. Sepanjang tanggul yang senyap di tepi jalan raya terbentang beberapa undakan untuk akses ke atas tanggul. Undakan seadanya dengan pegangan kayu untuk bangunan menjadi sangat keren, karena entah siapa, mungkin para tukang ojek disana sengaja memasang puluhan lampu minyak di sekeliling tepian tangga. Lampu lampu kecil itu terus menyala dan menambah keindahan danau lumpur pada malam hari. Sekilas, kita dapat membayang Kuta berpindah tempat ke Porong. He.. he.. he..

3 komentar:

  1. Wkwkwkwkkwkwk...... ini mau ikutan kontes andai zalukhu, tapi telat gitu yah? Hihihihi...... pemandangan siang harinya kok ga ada? Padahal paling rame kan siang hari.

    Hm....... lumayan ada keuntungan kok Rim.... Sidoarjo jadi makin kaya karena tuh lumpur. Sebenernya, itu taktik politik tingkat tinggi untuk membeli tanah di situ dengan harga murah Rim. Sayang, ada beberapa penduduk asli yang ngerti dan ga mau jual anahnya meski dikasih ganti rumah baru dan duit ganti rugi.

    Sebenernya, jika berhasil, Porong bisa dijadikan kawasan megapolitan yang ga kalah ama Surabaya. Karena porong pada hakekatnya adalah tempat strategis, dan keuntungan dari gas di situ cukup untuk membuat sebuah kota megapolitan baru di Jatim.

    Well, bagaimanapun itu taktik politik tinggi yang bahkan media ga ada hak untuk mempublishnya.... Hanya orang-orang tertentu yang tahu.... Hihihihi.....

    BalasHapus
  2. @alam:
    wow.. sblomnya aku gtw lohh (pdhl orang porong sndri)
    pii orang-orang dapet duit byk ttuh berkat lapindo, ap lapindo gag malah rugii ttuh ..
    hanya anak serba tau yang tau berita itu
    hihiihih
    aku yg posting kok, ni kan blogku

    BalasHapus
  3. lumpur lapindo bisa buat renang ga sih ?? aq pengen coba renang dalam lumpur ... gagagag

    BalasHapus